SEJARAH DESA

03 Oktober 2022
OLDY JEMMY SUAK
Dibaca 178 Kali
SEJARAH DESA

Sejarah  Desa

Penduduk Desa Kiawa Dua yang ada sekarag ini adalah keturunan dari rombongan sekelompok  orang-orang yang bertitik tolak pada pembahagiaan Tanah Malesung  oleh nenek moyang di Batu Pinawetengan setelah pada abad ke 10 ditempat bersejarah tersebut. Rombongan yang keluar ini adalah sebagian dari pakasaan TONTEMBOAN (TOMPAKWA) pergi ke suatu tempat arah utara barat laut. Disebut TONTEMBOAN karena orang-orang pada mulanya diam di tempat yang tinggi yaitu di gunung atau dilereng-lereng gunung. TONTEMBOAN asal katanya “TEMBO” artinya memandang dari tempat tinggi sambil menengok kebawah. TEMBOAN artinya tempat tinggi. Jadi TONTEMBOAN artinya orang yang diam ditempat tinggi.

Mereka datang berkema pada suatu tempat yang mereka anggap aman pada mulanya. Tetapi kemudian ternyata tempat itu tidak sehat karena warganya selalu ditimpa penyakit demam, sedangkan waragnya semakin banyak. Ternyata  pula bahwa tempat ini terletak dekat sungai yang memungkinkan mereka mudah dilanda banjir. Hal ini berlaku kurang lebih pada abad XV. Daerah itu sekarang dikenal dengan nama “TININCASAN” asal kata TINCAS yang artinya lari. TININCASAN artinya tempat yang ditinggalkan. Tempat itu berada kurang lebih 5 km disebelah Barat Desa Kiawa I. Inilah yang merupakan pendahuluan asal usul berdirinya Desa Kiawa pada mulanya.

Sekitar tahun 1600 warga TININCASAN ini beralih ke timur ke suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama “NIMAWALE” asal kata WALE artinya rumah. NIMAWALE artinya bekas perumahan dimana tempat ini sekarang sudah menjadi perkebunan rakyat. Tempat NIMAWALE ini sebagai tempat baru yang aman sehingga memungkinkan mereka membangun rumah tempat tinggal dan menyediakan WARUGA (Timbukar), sebagai tempat penyimpanan Mayat (Kuburan) untuk Tonaas-tonaas yang meninggal dunia atau kuburan orang besar, sebab orang Minahasa tidak  mengenal raja-raja atau bahasa raja-raja. Waruga itu masih ada sekarang kurang lebih 30 buah banyaknya ada yang terkelompok, ada juga yang tersendiri. Ini membuktikan bahwa tempat asal Desa Kiawa pada waktu itu merupakan tempat himpunan orang-orang satria.

Perkembangan berjalan terus terhadap berbagai masalah kehidupan mereka terutama karena pertambahan penduduk, masalah keamanan dan faktor perekonomian pada yang mendorong mereka membutuhkan suatu tempat yang lebih luas untuk ditempati. Pada sekitar tahun 1650 mereka berhasil menentukan tempat baru disebelah timur NIMAWALE dipimpin oleh Tonaas KEINTJEM, PALAR, PESIK, TOPORUNDENG, MANGOWAL.

Perlu diketahui bahwa penentuan daerah baru ini menjadi tempat tinggal/perkampungan, tentu saja melalui tatacara kebudayaan asli Minahasa. Sebagai tanda diperolehnya daerah baru maka ditancapkanlah sebuah baru yang dianggap sebagai batu penjuru negeri yang disebut BATU TUMOTOWA, asal kata TOWA artinya panggil, TUMOTOWA artinya memanggil. Batu itu merupakan batu TINA’NIAN yaitu batu yang dianggap tempat pemujaan waktu mendirikan Negeri, sedangkan tanah sebidang itu disebut LESAR. Batu TUMOTOWA terletak diujung barat Desa Kiawa (bagian Baras Desa Kiawa I Barat/samping SD Inpres Kiawa sekarang). Tempat yang baru ini mereka beri nama SONGKEL karena ditempat yang baru ini terdapat banyak burung Songkel (sejenis burung Moleo) yang kegemarannya yaitu merendamkan badannya di air. Jadi daerah KIAWA sekarang ini sebenarnya bernama SONDER sampai dengan tahun 1845. Sungai sebelah Utara Desa sekarang ini bernama sungai SONDER diambil dari nama burung Songkel yang gemar meredam badannya itu.

Pada tahun 1845 penduduk ingin mencari tempat baru kesebelah utara, mencari daerah yang banyak air yang baik untuk dijadikann sawah dan ternak ikan. Perpindahan penduduk ini dipimpin oleh Tonaas TOLOLIU HERMANUS WILEM DOTULONG yang lahir pada tanggal 12 Januari 1795. Penduduk yang beralih ke utara sekaligus membawa nama SONGKEL/SONDER (penduduk Sonder berasal dari Desa Kiawa).

Sebagian penduduk ragu-ragu mengikuti jejak Tonaas dan penduduk yang menuju ke utara. Penduduk yang tinggal dan ragu-ragu untuk berpindah menamakan diri mereka CAKIO-KIOWA (Ragu-ragu).

Desa Kiawa yang pada tanggal 17 Oktober 1977, dimekarkan menjadi dua Desa, yaitu Desa Kiawa Satu dan Desa Kiawa Dua.

Kemudian pada tanggal 17 September 2008 Desa Kiawa Dua dimekarkan menjadi Desa Kiawa Dua, Desa Kiawa Dua Barat, dan Desa Kiawa Dua Timur.

 

Tokoh-tokoh pendiri Desa berdasarkan sejarah Pemerintahan

1 Kepala Walak/Tonaas

1.

Tahun 1650-1670

Keintjem, Palar, Toporundeng, Pesik

2.

Tahun 1670-1750

Lumanaw

3.

Tahun 1750-1776

Tambuwun

4.

Tahun 1776-1789

Sumolang

5.

Tahun 1789-1793

Pinontoan

6.

Tahun 1793-1809

Walewangko

7.

Tahun 1809-1824

Palar

8.

Tahun 1824-1845

Hermanus Willem Dotulong (Tololiu)

9.

Tahun 1845-1850

Ponamon, Wowor

2 Hukum Tua-Hukum Tua

 

Tahun 1850-1878

Enos Palar

DEFINITIF

 

Tahun 1878-1906

Adrianus Palar

DEFINITIF

 

Tahun 1906-1911

Arnolus Palar

DEFINITIF

 

Tahun 1911-1936

Herlin Palar

DEFINITIF

 

Tahun 1936-1950

Johanis Suak

DEFINITIF

 

Tahun 1950-1954

Josis Rawung Palar

DEFINITIF

 

Tahun 1954-1958

Marthin L Rakian

DEFINITIF

 

Tahun 1958-1963

Dirk Silap

PEJABAT HUKUM TUA

 

Tahun 1963-1971

Altien Lombok

DEFINITIF

 

Tahun 1971-1975

Joppie Worotitjan

DEFINITIF

 

Tahun 1975-1981

Martin L Suak

DEFINITIF (Tahun 1977 dimekarkan menjadi dua Desa)

 

Tahun 1977-1981

Piet H. Tampi

DEFINITIF

 

Tahun 1981-1986

Semuel Assa

DEFINITIF

 

Tahun 1986-1986

Adrianus Kembau

DEFINITIF

 

Tahun 1986-1987

J.H Mawuntu

PEJABAT HUKUM TUA

 

Tahun 1987-1998

Joppie Worotitjan

DEFINITIF

 

Tahun 1998-2006

A.J Pinatik Suak,BA

DEFINITIF

 

Tahun 2006-2007

Semuel Assa

PEJABAT

 

Tahun 2007-2013

A.J Pinatik Suak,BA

DEFINITIF

 

2013 – 2016

Oldy Jemmy Suak, S.IP

PENJABAT

 

2016 – 2022

Oldy Jemmy Suak, S.IP

DEFINITIF