SEJARAH DESA

Sejarah Desa
Penduduk Desa Kiawa Dua yang ada sekarag ini adalah keturunan dari rombongan sekelompok orang-orang yang bertitik tolak pada pembahagiaan Tanah Malesung oleh nenek moyang di Batu Pinawetengan setelah pada abad ke 10 ditempat bersejarah tersebut. Rombongan yang keluar ini adalah sebagian dari pakasaan TONTEMBOAN (TOMPAKWA) pergi ke suatu tempat arah utara barat laut. Disebut TONTEMBOAN karena orang-orang pada mulanya diam di tempat yang tinggi yaitu di gunung atau dilereng-lereng gunung. TONTEMBOAN asal katanya “TEMBO” artinya memandang dari tempat tinggi sambil menengok kebawah. TEMBOAN artinya tempat tinggi. Jadi TONTEMBOAN artinya orang yang diam ditempat tinggi.
Mereka datang berkema pada suatu tempat yang mereka anggap aman pada mulanya. Tetapi kemudian ternyata tempat itu tidak sehat karena warganya selalu ditimpa penyakit demam, sedangkan waragnya semakin banyak. Ternyata pula bahwa tempat ini terletak dekat sungai yang memungkinkan mereka mudah dilanda banjir. Hal ini berlaku kurang lebih pada abad XV. Daerah itu sekarang dikenal dengan nama “TININCASAN” asal kata TINCAS yang artinya lari. TININCASAN artinya tempat yang ditinggalkan. Tempat itu berada kurang lebih 5 km disebelah Barat Desa Kiawa I. Inilah yang merupakan pendahuluan asal usul berdirinya Desa Kiawa pada mulanya.
Sekitar tahun 1600 warga TININCASAN ini beralih ke timur ke suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama “NIMAWALE” asal kata WALE artinya rumah. NIMAWALE artinya bekas perumahan dimana tempat ini sekarang sudah menjadi perkebunan rakyat. Tempat NIMAWALE ini sebagai tempat baru yang aman sehingga memungkinkan mereka membangun rumah tempat tinggal dan menyediakan WARUGA (Timbukar), sebagai tempat penyimpanan Mayat (Kuburan) untuk Tonaas-tonaas yang meninggal dunia atau kuburan orang besar, sebab orang Minahasa tidak mengenal raja-raja atau bahasa raja-raja. Waruga itu masih ada sekarang kurang lebih 30 buah banyaknya ada yang terkelompok, ada juga yang tersendiri. Ini membuktikan bahwa tempat asal Desa Kiawa pada waktu itu merupakan tempat himpunan orang-orang satria.
Perkembangan berjalan terus terhadap berbagai masalah kehidupan mereka terutama karena pertambahan penduduk, masalah keamanan dan faktor perekonomian pada yang mendorong mereka membutuhkan suatu tempat yang lebih luas untuk ditempati. Pada sekitar tahun 1650 mereka berhasil menentukan tempat baru disebelah timur NIMAWALE dipimpin oleh Tonaas KEINTJEM, PALAR, PESIK, TOPORUNDENG, MANGOWAL.
Perlu diketahui bahwa penentuan daerah baru ini menjadi tempat tinggal/perkampungan, tentu saja melalui tatacara kebudayaan asli Minahasa. Sebagai tanda diperolehnya daerah baru maka ditancapkanlah sebuah baru yang dianggap sebagai batu penjuru negeri yang disebut BATU TUMOTOWA, asal kata TOWA artinya panggil, TUMOTOWA artinya memanggil. Batu itu merupakan batu TINA’NIAN yaitu batu yang dianggap tempat pemujaan waktu mendirikan Negeri, sedangkan tanah sebidang itu disebut LESAR. Batu TUMOTOWA terletak diujung barat Desa Kiawa (bagian Baras Desa Kiawa I Barat/samping SD Inpres Kiawa sekarang). Tempat yang baru ini mereka beri nama SONGKEL karena ditempat yang baru ini terdapat banyak burung Songkel (sejenis burung Moleo) yang kegemarannya yaitu merendamkan badannya di air. Jadi daerah KIAWA sekarang ini sebenarnya bernama SONDER sampai dengan tahun 1845. Sungai sebelah Utara Desa sekarang ini bernama sungai SONDER diambil dari nama burung Songkel yang gemar meredam badannya itu.
Pada tahun 1845 penduduk ingin mencari tempat baru kesebelah utara, mencari daerah yang banyak air yang baik untuk dijadikann sawah dan ternak ikan. Perpindahan penduduk ini dipimpin oleh Tonaas TOLOLIU HERMANUS WILEM DOTULONG yang lahir pada tanggal 12 Januari 1795. Penduduk yang beralih ke utara sekaligus membawa nama SONGKEL/SONDER (penduduk Sonder berasal dari Desa Kiawa).
Sebagian penduduk ragu-ragu mengikuti jejak Tonaas dan penduduk yang menuju ke utara. Penduduk yang tinggal dan ragu-ragu untuk berpindah menamakan diri mereka CAKIO-KIOWA (Ragu-ragu).
Desa Kiawa yang pada tanggal 17 Oktober 1977, dimekarkan menjadi dua Desa, yaitu Desa Kiawa Satu dan Desa Kiawa Dua.
Kemudian pada tanggal 17 September 2008 Desa Kiawa Dua dimekarkan menjadi Desa Kiawa Dua, Desa Kiawa Dua Barat, dan Desa Kiawa Dua Timur.
Tokoh-tokoh pendiri Desa berdasarkan sejarah Pemerintahan
1 Kepala Walak/Tonaas
1. |
Tahun 1650-1670 |
Keintjem, Palar, Toporundeng, Pesik |
2. |
Tahun 1670-1750 |
Lumanaw |
3. |
Tahun 1750-1776 |
Tambuwun |
4. |
Tahun 1776-1789 |
Sumolang |
5. |
Tahun 1789-1793 |
Pinontoan |
6. |
Tahun 1793-1809 |
Walewangko |
7. |
Tahun 1809-1824 |
Palar |
8. |
Tahun 1824-1845 |
Hermanus Willem Dotulong (Tololiu) |
9. |
Tahun 1845-1850 |
Ponamon, Wowor |
2 Hukum Tua-Hukum Tua
|
Tahun 1850-1878 |
Enos Palar |
DEFINITIF |
|
Tahun 1878-1906 |
Adrianus Palar |
DEFINITIF |
|
Tahun 1906-1911 |
Arnolus Palar |
DEFINITIF |
|
Tahun 1911-1936 |
Herlin Palar |
DEFINITIF |
|
Tahun 1936-1950 |
Johanis Suak |
DEFINITIF |
|
Tahun 1950-1954 |
Josis Rawung Palar |
DEFINITIF |
|
Tahun 1954-1958 |
Marthin L Rakian |
DEFINITIF |
|
Tahun 1958-1963 |
Dirk Silap |
PEJABAT HUKUM TUA |
|
Tahun 1963-1971 |
Altien Lombok |
DEFINITIF |
|
Tahun 1971-1975 |
Joppie Worotitjan |
DEFINITIF |
|
Tahun 1975-1981 |
Martin L Suak |
DEFINITIF (Tahun 1977 dimekarkan menjadi dua Desa) |
|
Tahun 1977-1981 |
Piet H. Tampi |
DEFINITIF |
|
Tahun 1981-1986 |
Semuel Assa |
DEFINITIF |
|
Tahun 1986-1986 |
Adrianus Kembau |
DEFINITIF |
|
Tahun 1986-1987 |
J.H Mawuntu |
PEJABAT HUKUM TUA |
|
Tahun 1987-1998 |
Joppie Worotitjan |
DEFINITIF |
|
Tahun 1998-2006 |
A.J Pinatik Suak,BA |
DEFINITIF |
|
Tahun 2006-2007 |
Semuel Assa |
PEJABAT |
|
Tahun 2007-2013 |
A.J Pinatik Suak,BA |
DEFINITIF |
|
2013 – 2016 |
Oldy Jemmy Suak, S.IP |
PENJABAT |
|
2016 – 2022 |
Oldy Jemmy Suak, S.IP |
DEFINITIF |
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin